Friday, December 5, 2008

MENJADI MUSLIM PRODUKTIF

"Sesungguhnya Allah telah menciptakan tanganmu untuk bekerja. Jika
kamu tidak mendapati suatu pekerjaan untuk urusan ketaatan, maka ia
akan mencari beberapa pekerjaan untuk urusan maksiat"
Produktif adalah kemampuan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
diri sendiri, maupun orang lain. Ketika Nabi SAW ditanya, siapa mukmin
yang paling baik, beliau menjawab: "Yang paling bermanfaat bagi
sekitarnya (Naafi'un, Lighoirihi)". Produktifitas, kini menjadi
tuntutan bagi setiap muslim. Dakwah Islam akan menang, kalimahnya akan
tegak di bumi jika dilakukan oleh para da'i yang produktif hidupnya.

Hakikat Bekerja
Al 'Amal Huwal Asas!, begitu ungkapan hikmah. Bekerja akan berbicara
lebih keras dari perkataan (Action Speaks Loder Than Words).
Kontribusi lebih berarti daripada mencaci. Produktifitas melakukan
proses kerja dan usaha. Bekerja berarti malakukan suatu amal, berbuat
dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain
maupun bagi agama, bangsa dan negara.
Islam sangat menghargai dan memulyakan kerja. Orang yang berkerja
menghidupi dirinya, keluarganya , bahkan demi kesejahteraan
masyarakatnya, di mata Allah jauh lebih utama ketimbang seorang 'abid
yang mengabaikan kerja. Sikap malas adalah aib bagi manusia dan itulah
yang kelak menjadi sebab kemerosotannya. Allah berfirman: "Jika kamu
selesai menunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah
sebagian karunia Allah" (QS. Al Jumu'ah:10)
Nabi pun bersabda:"Orang yang bekerja keras demi keluarganya adalah
seperti orang yang berjuang di jalan Allah azza wa jalla" (HR.Tabrani,
Baihaqi dan Ahmad)
Dari dalil-dalil di atas, terlihat bahwa Islam adalah agama yang
sangat menekankan aspek amal dan etos kerja positif. Bekerja berarti
memberikan pengaruh besar bagi kemajuan dan perkembangan. Bekerja
adalah satu-satunya sarana untuk menundukkan kekuatan alam dan
memanfaatkannya sebaik mungkin demi kesejahteraan umat.
Orang-orang besar dalam Islam bekerja dengan baik . Tak satupun nabi
yang diutus di dunia ini yang tidak bekerja. Nabi Muhammad
menggembalakan kambing, berdagang. Nabi Daud seorang pandai besi, Nabi
Adam bercocok tanam, Nabi Nuh tukang kayu, Nabi Idris penjahit, dan
Nabi Musa penggembala. Sebelum menjadi khalifah, Abu Bakar terbiasa
pergi ke pasar untuk berdagang pakaian. Umar bin Khattab terbiasa
mengangkut air dengan girbah untuk kepentingan keluarganya. Fatimah,
anak Nabi, sering memutar batu penggiling hingga tangannya berbekas
atau mengambil air dengan girbah hingga pundaknya luka. Imam Malik
aktif berdagang, sedangkan Imam Ahmad bin Hambal sibuk menasakh,
meneliti dan menyusun kitab-kitab. Imam Ahmad bin Umar, penyusun kitab
tentang pajak tanah berprofesi "penambal sepatu". Ia menyelesaikan
kitab di sela-sela kesibukannya sebagai penambal sepatu.

Bekerja dunia akhirat
"Dialah Allah yang menjadikan kematian dan kehidupan, supaya Dia
menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik pekerjaannya."
(QS.Al Mulk:2)
Allah menciptakan mati dan hidup untuk menguji manusia, siapa yang
terbaik pekerjaannya selama di dunia. Memahami hakikat mati dan hidup
adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengisi
kehidupan dunia dan akhirat kelak. Meninggalkan salah satunya hanya
akan membawa bencana. Allah menekankan manusia agar memperhatikan dan
menghargai kehidupan dunianya, di samping kehidupan akhirat yang
memang seharusnya lebih dominan.
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepamu
(kebahagiaan) negeri akhirat dan jangan kami lupakan bagianmu dari
(kenikmatan) duniawi.." (QS.Al Qashas:77)
"Yang terbaik di antaramu bukanlah orang yang meninggalkan akhirat
demi dunianya, dan yang meninggalkan dunianya demi akhiratnya, dan dia
tidak menyusahkan manusia" (Al Hadist al Khatib dari Anas)

Syarat-syarat Produktifitas
Produktifitas dalam kehidupan umat Islam tentu saja tidak akan
terwujud begitu saja. Berikut ini beberapa aspek yang dapat dilakukan
dalam bekerja, antara lain:
1. setiap muslim hendaknya selalu meningkatkan kualitas dirinya.
Jadilah manusia pembelajar! Karena hanya dengan belajar, setiap
pribadi dapat meningkat kualitas dirinya, tumbuh dan berkembang, baik
dari segi akal, ruhani maupun jasad. Aktifitas belajar dilakukan agar
manusia secara alamiah berproses menjadi lebih dewasa dan berkualitas
dalam menghadapi dan menilai kehidupannya.
Produktifitas sejalan dengan kualitas. Berkualitas berarti memiliki
kemampuan. Setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan kemampuan;
yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan keterampilan
(skill). Meningkatkan kualits diri adalah selalu belajar mematangkan
ketiga hal tersebut.
2. Setiap muslim hendaknya me-menej waktu dengan baik
Asy-Syahid Hasan Al Banna mengatakan, "Waktu adalah kehidupan". Hasan
Al Basri menasehato "Sesungguhnya kamu adalah himpunan hari-hari.
Setiap hati milikmu pergi, berarti pergilah sebagian dirimu. Waktu
berjalan dan mustahil kembali. Kita harus memanfaatkannya sebaik
mungkin, karena menyiakannya termasuk tindakan jahil. Rasulullah SAW
bersabda: "Dua macam nikmat dari beberapa nikmat Allah yang banyak
menipu manusia adalah nikmat kesehatan dan kekosongan (kesenggangan)"
(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas).
3. Bertawkakal Hanya kepada Allah
Tawakkal kepada Allah saat bekerja penting untuk membangun
produktifitas. Tawakkal adalah bersandar kepada Allah, mengaitkan hati
pada-Nya, memperhitungkan sebab-musabab dan menyerahkan hasil akhir
kepada Allah semata. Konsep tawakkal dapat mendorong manusia
menyisingkan lengan baju. Bersungguh-sungguh dalam berkiprah dan
bekerja seraya mengharapkan hasil maksimal dari usaha yang telah dia
korbankan, bukannya menanti takdir dari langit tanpa berusaha yang
akibatnya mendorong manusia ke kemalasan dan kehancuran hidup. Nabi
SAW bersabda: "Upayakan dahulu masalahnya, lalu bertawakallah"
(HR.Turmudzi)
4. Kesesuaian antara Pekerjaan dengan Kecendurangan Aktualisasi Diri
Pekerjaan akan efektif dan produktif jika dicintai bukan dipaksakan.
Melakukan pekerjaan dibenci berarti melakukan ua kerja keras. Pertama
mencoba mencintai pekerjaan itu, lalu melakukan pekerjaan itu sendiri.
Jika seseorang yang mencitantai pekerjaannya maka dia telah
mendayagunakan potensinya untuk beraktifitas, melaksanakan gagasan
sekaligus mengaktualisasilkan dirinya.
5. Tidak bekerja dalam kelelahan
Seseorang akan bekerja dengan efektif ketika berada dalam kondisi
sehat dan segar. Ada dua macam kelelahan: kelelahan fisik dan
kelelahan pikiran. Keduanya saling berhubungan. Fisik yang terlalu
lelah akan mengakibatkan emosi tidak stabil dan membuat otak tak mampu
berpikir jernih. Bekerja dalam keadaaan lelah (fisik dan pikiran)
selain mendzalimi diri sendiri juga dapat menyebabkan kejenuhan dan
menggagalkan produktifitas. Rasul bersabda: "Sesungguhnya pada badanmu
terdapat hak-hak yang harus dipenuhi" (HR.Muslim)
6. Memanfaatkan Teknologi
Teknologi hadir untuk memudahkan pekerjaan. Darimanapun datangnya, ia
adalah hikmah bagi umat Islam untuk dijadikan sarana mengefisienkan
dan mengefektifkan usaha. Dengan teknologi, kerja akan jadi lebih
produktif, hemat waktu dan tenaga.
Akhirnya, hidup ini hanya sekali. Kehidupan menurut al Qur'an adalah
sesuatu yang menipu dan sekedar perhiasan di balik gemerlapnya. Akab
lebih sia-sia jika tidak diisi dengan kontribusi. Ayo berbuat, ayo
bekerja. Di bumi ini tidak ada tempat sama sekali bagia yang tidak mau
bekerja dan berjuang dalam kehidupan. Wallahu a'lam
"Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu" (At Taubah:105)